cover
Contact Name
Arif Abadi, S.Kom.
Contact Email
penerbitan@isbi.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
penerbitan@isbi.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Panggung
ISSN : -     EISSN : 25023640     DOI : -
Core Subject : Education,
Panggung is online peer-review journal focusing on studies and researches in the areas related to performing arts and culture studies with various perspectives. The journal invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies and researches in those areas mentioned above related to arts and culture in Indonesia and Southeast Asia in different perspectives.
Arjuna Subject : -
Articles 18 Documents
Search results for , issue "Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi" : 18 Documents clear
Teknologi Tepat Guna Membangun Kecintaan dan Kebanggaan Pada Kearifan Lokal Bahasa Sunda Purnomowulan, N. Rinaju; CMS, Samson; Machdalena, Susi; Dewi, Evi Rosyani; Endrawan, Anggy
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.234

Abstract

ABSTRAKSebagai salah satu dari tujuh unsur budaya versi Koentjaraningrat bahasa merupakan unsur yang melekat pada diri setiap warga masyarakat dan menjadi salah satu pencirikelompoknya. Bahasa Sunda seyogyanya tampil dalam keseharian masyarakat Sunda, khususnya dalam pendidikan nonformal dan informal. Dengan demikian kearifan lokal tersebut akan terlindungi dari ancaman „pemarjinalan“.Penelitian yang dilakukan di kecamatan Pangalengan, Banjaran danCicalengka di kabupaten Bandungmembuahkan hasil yang cukup mengejutkan. Babasan, paribasa dan aksara Sunda (baca: Kaganga) nyaris tidak dikenal di kalangan masyarakatnya. Meskipun bahasa Sunda digunakan sebagai sarana komunikasi, namun nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya tidak tereksplor dengan baik. Melalui teknologi tepat guna berupa kartu „Opat Kalima Pancer“ dan fesyen populer bernuansa kearifan lokal diharapkan kecintaan dan kebanggan warga terhadap nilai-nilai budaya Sunda berbasis bahasa dapat ditumbuhkan.Kata kunci: unsur budaya, penciri kelompok, nyaris hilang, teknologi tepat guna, kecintaan ABSTRACTAs one of seven cultures that according to Koentjaraningrat, language is an element which is inherent for every member of society. It also becomes one of the group identifier. Sundanese should appear in everyday life of Sundanese people, especially in non-formal and informal education. Therefore, the local knowledge will be protected from the threat of “marginality“.The research that located in the dictrict of Pangalengan, Banjaran, and Cicalengka, in Bandung regency obtained results that were quite startling. Babasan, paribasa and Sundanese script (read: Kaganga) are barely known among the people. Although Sundanese used as means of communication, but cultural values that contain in them does not discover properly. Through appropiate technology in the form of kartu opat kalima pancer and popular fashion that nuanced local knowledge are expected people’s devotion and pride towards Sundanese cultural values in the basis of language can be grown.Keywords: cultural element, group identifier, narrowly missing, appropiate technology, devotion
Seni Pertunjukan Sintren di Kabupaten Indramayu dalam Perspektif Historis Nurlelasari, Dini; Herlina, Nina H; Sofianto, Kunto
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.229

Abstract

ABSTRACT This paper is a description of sintren performing arts in Indramayu. The purpose this study was to determine how the deployment sintren performing arts and how the function changes from historical perspective. The method used is historical method. The results showed that sintren developed in North Coast of Java and Central Java, West Java, including Indramayu. Sintren functions from time to time is change. It is influenced by several factors, religious (culture), political, and economic. First sintren is sacred ritual. When Islam came turned into an entertainment that contains a moral message as media propaganda. In the colonial period sintren remain as an entertainment that serves as a medium of political resistance against the colonial government. Until now sintren as entertainment but be affected by economic factors in order to keep the public preferred. Therefore, at this time shows sintren modified with modern songs.Key Words: Sintren, Indramayu, dissemination, historicalABSTRAK Tulisan ini deskripsi tentang seni pertunjukan sintren di Indramayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyebaran seni pertunjukan sintren dan bagaimana perubahan fungsinya dalam perspektif historis. Metode yang digunakan adalah metode sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sintren berkembang di Pesisir Utara Jawa serta Jawa Tengah sebelah barat dan Jawa Barat sebelah timur, termasuk daerah Indramayu. Fungsi sintren dari masa ke masa terus berubah. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor agama (budaya), politik, dan ekonomi. Pada awalnya sintren merupakan sarana ritual yang sakral. Ketika Islam datang berubah menjadi sarana hiburan yang mengandung pesan moral sebagai media dakwah. Pada masa kolonial sintren tetap sebagai sarana hiburan yang berfungsi sebagai media politik perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Hingga saat ini sintren sebagai hiburan namun terpengaruh oleh faktor ekonomi agar tetap disukai masyarakat. Oleh karena itu, saat ini pertunjukan sintren dimodifikasi dengan lagu-lagu modern.Kata Kunci: Sintren, Indramayu, penyebaran, historis
Pertunjukan Sandhur Ttuban Refleksi Peralihan Masyarakat Agraris Menuju Budaya Urban Rohmat, Rohmat; Prakosa, Djoko
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.236

Abstract

AbstrakPertunjukan Sandhur merefleksikan perubahan masyarakat agraris menuju budaya urban. Dalam Tesk pertunjukan Sandhur Terdapat kode hermeneutik, kode proairetik/tindakan naratif dasar, kode semantik, kode kultural, dan kode simbolik. Teks pertunjukan dapat dimaknai sebagai tanda dan simbol meresapnya budaya urban dalam kehidupan masyarakat Tuban. Hubungan manusia, Tuhan, alam, dan kebudayaan melekat pada struktur pertunjukan Sandhur. Kehidupan manusia menjadi bagian dari siklus kosmis yang utuh. Untuk membaca, mendeskripsikan pertunjukan Sandhur digunakan pendekatan kualitatif, peneliti menjadi instrument utama. Untuk memotret fenomena alamiah pertunjukan mengacu pada model etnografi. Untuk memahami teks pertunjukan Sandhur peneliti mempertajam analisis interpretatif terhadap “sosially meaningfull action” digunakan pendekatan semiotik. Struktur pertunjukan, medium pertunjukan, serta ekspresi pelaku pertunjukan Sandhur dapat diamati melalui refleksi simbolis yang melekat pada pola penandaan. Gejala simbolik yang terurai secara sistematik dalam dinamika pertunjukan mengungkapkan subtansi perubahan budaya desa yang disebabkan oleh proses urbanisasi. Perubahan tatanan hidup sesuai dengan kodrat alamiah dan hukum perubahan ruang dan waktu. Kata kunci: Sandur, masyarakat agraris, pertunjukan, tradisi.ABSTRACTThe Sandhur perfomance reflected the change of the agrarian societies to the urban culture. In the text of performance it contains of hermeneutics code, proaretik code/the basic narrative action, semantic code, culture code, and simbolic code. The performance text can be intrepeted as a sign and symbol of the urban culture of the Tuban society lives. The relation of human, God, nature, and culture, attached in the Sandhur structure of perfomance intact. Human being becomes part of the structure of living in a natural cycles which still exist in the cosmic unanimity.In reading and describing the performance of Sandhur used a qualitative approach, Researchers became the main instrument. To exposure the natural phenomena performance refers to the model of ethnography. To understand the performance texts of Sandhur, researchers sharpen the interpretive analysis of the sosially meaningfull action, by using the semiotic approach.The performances structure, medium of performances, as well as expressions of the performers of Sandhur can be observed by the reflection which attached to the marking pattern. Symbolic symptoms which systematically unraveled in the dynamics of the performances reveal the substance of the change of village culture caused by the process of urbanization, there is a change of living arrangements in accordance with the true nature and the laws of space and time changes. Key word: Sandhur, The Agraris Society, Performance, Tradition 
Teknik Fotografi dalam Sastra Realisme LADULTERA Karya Theodor Fontane Gantrisia, Kamelia
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.230

Abstract

ABSTRACT          This research is entitled “Photography Approach in the Literary Work of Realism LAdultera by Theodor Fontane”. The aims of the research are to identify the descriptions found in literary work and the representation of photography criteria found in those descriptions. The methods employed in this research are formal method. The analysis is carried out by explaining the descriptions briefly and using them to identify parts of the text pointing to those descripstions. They are then analyzed by means of photography criteria from Heinz Buddermeier and Erwin Koeppen.             The result shows that the descriptions are concentrated on three types of setting descriptions: realm, interior, and building setting. In every description various description techniques which are similar to common techniques used in photography are found. They are observers view transition, transition and/or regularity of observers position, occuracy and sharpness of the object, static quality and object visual, and inequality of object setting. Key words: realism, description, photographyABSTRAK          Penelitian ini berjudul ”Teknik Fotografi dalam Karya Sastra Masa Realisme LAdultera Karya Theodor Fontane”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasikan deskripsi-deskripsi yang muncul dalam karya sastra dan mengkaji penggambaran-penggambaran fotografis dalam deskripsi-deskripsi tersebut. Metode yang dipergunakan adalah metode formal. Analisisnya dilakukan dengan cara menjabarkan secara singkat tentang deskripsi dalam karya sastra dan mempergunakannya untuk mengidentifikasikan bagian-bagian teks yang mengarah pada deskripsi. Bagian-bagian teks yang mengandung deskripsi tersebut selanjutnya dianalisis dengan bantuan kriteria-kriteria fotografi menurut Heinz Buddemeier dan Erwin Koppen.             Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa deskripsi-deskripsi yang dimunculkan dalam karya dikonsentrasikan pada tiga jenis deskripsi latar, yaitu latar alam, interior, dan bangunan. Dalam setiap deskripsi ditemukan berbagai teknik penggambaran yang memiliki kemiripan dengan teknik-teknik yang biasa dipergunakan dalam fotografi, yaitu perpindahan pandangan pengamat, perpindahan dan/atau keajegan posisi pengamat, ketepatan dan ketajaman objek, sifat statis dan visual objek, serta ketidaksejajaran latar objek.    Kata Kunci: realisme, deskripsi, fotografi
Menggali Filsafat Wayang Beber untuk Mendukung Perkembangan Industri Kreatif Batik Pacitan Suyanto, Suyanto
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.237

Abstract

AbstractThis article entitled "Digging the Wayang Beber Philosophy to Encourage the Development of Creative Industries of Batik in Pacitan Regency”. It is the juice from the results of our research in the second year. This research was conducted to look at the extent to which the condition of the Wayang Beber Pacitan its relationship with growth and development of industrial and economic aspects, as well as her role as media strengthening local wisdom and efforts increase the economy of communities in Pacitan Regency.This research uses the theory of action research approach through four stages; first determine the focus of the second, the third data collection, analysis and interpretation of data, and a fourth action field. The method is carried out in several stages: the stage of the Assessment, the design stages, the stages of socialization, mentoring and training stages, the stages of production, and the stages of launching. Results of the study in the second year it has also become the third year research reference i.e. dissemination draft corporate identity branding guide ecotourism village of batik and a draft training module design motifs reserved for industrial cluster batik craftsmen so able to improve the economy of Pacitan Regency society.Keywords: Philosophy of Wayang Beber, Batik Motif Pacitan, and Improving the Economy of the Community.Abstrak Artikel ini berjudul “Menggali Filsafat Wayang Beber Untuk Mendorong Perkembangan Industri Kreatif Batik di Kabupaten Pacitan” Ini merupakan perasan dari hasil penelitian kami pada tahun kedua. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kondisi Wayang Beber Pacitan hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan aspek ekonomi dan industri, serta perannya sebagai media penguatan kearifan lokal dan upaya peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori action research melalui empat tahapan; pertama menentukan fokus, kedua pengumpulan data, ketiga analisis dan interpretasi data, dan keempat tindakan lapangan. Metode yang dilakukan dalam beberapa tahapan : Tahapan Pengkajian, Tahapan Perancangan, Tahapan Sosialisasi, Tahapan Pendampingan dan Pelatihan, Tahapan Produksi, dan Tahapan Launching. Hasil penelitian pada tahun kedua ini juga menjadi acuan penelitian tahun ketiga yaitu desiminasi draft corporate identity branding panduan ekowisata kampung batik dan draft modul pelatihan perancangan desain motif batik yang diperuntukkan bagi pengrajin klaster industri batik Pacitan sehingga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Pacitan.Kata Kunci: Filsafat Wayang Beber, Motif Batik Pacitan, dan Peningkatan Perekonomian Masyarakat
Makna Tindakan Pragmatik Bedhaya Tejaningsih pada Jumenengan K.G.P.H Tejawulan Sebagai Raja Paku Buwana XIII di Surakarta Maryono, Maryono
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.231

Abstract

AbstractThe presence of Bedhaya Tejaningsih in the inauguration or jumenengan ritual of K.G.P.H Tejawulan is evidently not only a form of entertainment but also contains a symbolic meaning. In this pragmatic study of Bedhaya Tejaningsih, the writer uses a pragmatic linguistic approach. The research is qualitative interpretative in nature and uses as a basic reference pragmatic theories and performing art theories. The methods used for collecting data include a library study, observation, and interviews. The results of the study show that the meaning of the presence of the dance Bedhaya Tejaningsih in the jumenengan ritual of K.G.P.H Tejawulan is a form of entertainment, exemplification, and credibility. As a form of entertainment, the presence of the dance Bedhaya Tejaningsih at the king coronation provides an aesthetical presentation for the audience. The meaning of its exemplification is seen in the request it makes to the general public to follow the example of a good and wise leader who always prioritizes his love for the people in the way he provides them with protection, peace, and security. The meaning of credibility is K.G.P.H Tejawulan is request that the people will give their support and recognition of his inauguration to become king so that he gains legitimacy based on the cultural tradition of the Kasunanan Palace in Surakarta.Keywords: Bedhaya Tejaningsih dance, meaning of pragmatic action, and jumenengan.AbstrakKehadiran Bedhaya Tejaningsih pada ritual jumenengan K.G.P.H Tejawulan rupanya tidak sekadar bentuk hiburan, namun mengandung makna simbolis. Pada Penelitian pragmatik Bedhaya Tejaningsih, peneliti menggunakan pendekatan linguistik pragmatik. Bentuk penelitiannya bersifat kualitatif interpretatif dengan dasar rujukan teori-teori pragmatik dan seni pertunjukan. Metode pengumpulan datanya dengan cara: studi pustaka, observasi dan wawancara. Hasil kajian menunjukkan bahwa makna kehadiran tari Bedhaya Tejaningsih pada ritual jumenengan K.G.P.H Tejawulan merupakan bentuk hiburan, keteladanan dan kredibilitas. Sebagai bentuk hiburan kehadiran tari Bedhaya Tejaningsih pada penobatan raja secara keseluruhan sajiannya memberikan santapan estetis bagi penonton. Makna keteladanan yang ditemukan adalah bentuk permintaan terhadap masyarakat untuk meneladani figur pemimpin yang baik dan bijak yang selalu mengutamakan cinta kasih dalam mengayomi masyarakat, menciptakan ketentraman dan kedamaian. Makna kredibilitas adalah permohonan K.G.P.H Tejawulan terhadap masyarakat untuk memberi dukungan dan pengakuan atas penobatannya sebagai raja supaya memiliki legitimasi berdasar adat budaya Karaton Kasunanan Surakarta.Kata kunci: tari Bedhaya Tejaningsih, makna tindakan pragmatik, dan jumenengan. 
Pemanfaatan Imaji Bali Dari Instagram Sebagai Metode Berkarya Seni Rupa Bertemakan Identitas Himawan, Willy; Sabana, Setiawan
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.238

Abstract

AbstrakPraktek penciptaan karya seni rupa pada dasarnya memiliki regularitas yang didasari oleh common sense (nalar wajar), dalam proses permulaan, produksi hingga apresiasinya. Dalam sejarah Seni Rupa Indonesia, persoalan itu hadir oleh karena suatu prinsip yang disebutnya sebagai prinsip modernism. Modernisasi yang terjadi di Bali melalui pengaruh orang-orang barat dan utamanya perkembangan pariwisata telah menstrukturkan Bali pada identifikasi tentang tempat yang khas dengan budaya kehidupan sehari-hari masyarakatnya, panorama alam serta suasana mistis-eksotis yang selalu menginspirasi.Penelitian ini melihat pemanfaatan identifikasi tentang Bali, melalui imaji-imaji yang terdapat dalam media sosial Instagram,pada praktek penciptaan karya seni rupa dengan menggunakan nalar wajar yang ditawarkan oleh metodologi visual.Pemanfaatan imaji-imaji tentang Bali yang terdapat pada Instagram telah menggeser situs produksi yang akan menimbulkan makna-makna baru, namun tidak menghilangkan makna-makna dan konteks yang sebelumnya melekat padanya.Kata kunci: bali, identitas, imaji, praktek penciptaan, metodologi visualAbstractThe led-practice of art basically have a regularity that is based on the common sense, on the beginning of the process, the production and its appreciation. In the history of Indonesian Arts, this issue is present because of the principle of modernism. Modernization is happening in Bali through the influence of the western and main tourism development that structured Bali on the identification on the images of distinctive culture with unique daily life, natural scenery and mystical-exotic atmosphere that always inspire.This research looked at the use of the identification of Bali, through the images contained in Instagram, the led-practice sensed by visual methodology. The Application of images of Bali contained in Instagram has shifted production sites which will give inflict to new meanings, but it does not eliminate the meanings and contexts that were previously attached to it.Keywords: bali, identity, images, led-practice, visual methodology 
Pergeseran Bentuk Siluet Kostum Tari Jaipongan Tahun 1980-2010 Marlianti, Mira; Saidi, Acep Iwan; Destiarmand, Achmad Haldani
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.233

Abstract

ABSTRACKThis article is aimed at identifying the shift in silhouette of Jaipongan costume from its first appearance (in 1980) until thirty years later (2010). The silhouette of Jaipongan costume keeps changing at present, and is believed to become trends followed by other costume designers in different areas. Since it has never been studied by other researchers, the study result is expected to be the reference for future studiesthat focus on Jaipongan. The approach used in this study is aesthetics of form. The result shows that the aesthetics shift in silhouette of Jaipongan costume took place because the designers hadopportunities and freedom to be more expressive in designing Jaipongan dance costumes appropriate to current trends of the era and of the show. The shifts includesilhouette of blouse that entirely appears in silhouette fited and silhouette of skirt from slim line to fit and flare line. While the silhoutte cutting has shifted from amphora silhouette, hourglass silhouette, redingote silhouette toextra redingote silhouette.Keywords: shift, silhouette, Jaipongan costume periode 1980-2010ABSTRAKTampilan kostum Jaipongan sejak awal kemunculannya hingga kini semakin bervariasi, sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran dalam hal siluet kostumnya. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi pergeseran bentuk siluet kostum Jaipongan tahun 1980-2010 di wilayah Bandung. Persoalan ini penting dikaji karena kajian terhadap bentuk siluet kostum Jaipongan belum pernah dilakukan oleh peneliti lain dan kostum Jaipongan di Bandung disinyalir menjadi trend senter yang banyak ditiru para penata kostum di wilayah lainnya.Tahun 1980-2010 dipilih karena untuk melihat pergeseran bentuk siluet kostum Jaipongan dari awal kemunculannya hingga genap tiga puluh tahun keterkinian-nya yang masih terus berkembang hingga kini. Pendekatan yang digunakan untuk kepentingan tersebut adalah estetika. Hasil kajian menunjukkan bahwa pergeseran bentuk siluet kostum Jaipongan terjadi karena bermunculanya kreativitas-kreativitas baru yang lebih bebas dan lebih ekspresif dalam hal perancangan desain kostum tari Jaipongan, sebagai upaya menyeimbangan akan tuntutan jaman dan tuntutan pertunjukan. Pergeseran tersebut meliputi siluet kostum atasan yang seluruhnya tampil dalam silhouette fited, dan bentuk siluet kostum bawahan yang berawal dari slim line menjadi fit and flare line. Adapun potongan silhouette diawali amphora silhouette, hourglass silhouette, redingote silhouette, dan diakhiri ekstra redingote silhouette.Kata Kunci: pergeseran, bentuk siluet, kostum Jaipongan rentang tahun 1980-2010 
Pergeseran Teknik dan Material Marbling pada Tekstil sebagai Konsekuensi dari Perkembangan dan Inovasi Hendrawan, Aldi
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.228

Abstract

ABSTRAKTeknik marbling yang telah dikenal luas bahkan sebelum abad ke-15 memiliki potensi yang cukup baik dalam bidang industri tekstil walaupun pengaplikasiannya yang umum dikenal hanya pada kertas. Potensi ini merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan secara lebih luas, namun berbagai kendala muncul terutama dalam hal ketersediaan material yang langka dan tinggi harganya. Penulisan ini menggunakan metoda eksperimentasi, pendekatan literature dan kajian sejarah guna mencari alternatif bahan baku lokal yang dapat diaplikasikan pada tekstil menggunakan teknik marbling. Tepung maizena dan tapioka menjadi bahan baku lokal yang paling baik sebagai pengganti medium gel pada teknik marbling. Bahan baku lokal dengan harga terjangkau menjadi potensi baik untuk para pelaku industri tekstil menengenah. Perkembangan ini pada akhirnya bisa dijustifikasi sebagai sebuah proses evolusi kebudayaan yang termanifestasikan dalam perkembangan pengolahan tekstil yang didorong oleh motif ekonomi dan teknologi. Kata-kata Kunci: Marbling,Teknik, Tekstil, Bahan Lokal.ABSTRACTMarbling technique that has been widely known even before the 15th century has a good potential in the field of textile industry although its application is generally known only on paper. This potential is an opportunity that could be used more widely, but many obstacles arise particularly on the availability of rare and high material costs. This research uses experimental methods, approaches literature and historical studies in order to seek alternative local raw materials that can be applied to the textile using the technique of marbling. Cornstarch and tapioca as raw material for the most improved local instead of gel medium on marbling techniques. Local raw materials at affordable prices become good potential for the textile industry menengenah. This development could ultimately justified as a process of cultural evolution which manifests itself in the development of textile processing driven by economic motives and technology.Keywords: Marbling, Engineering, Textile, Local Ingredients. 
Makna Tindakan Pragmatik Bedhaya Tejaningsih pada Jumenengan K.G.P.H Tejawulan Sebagai Raja Paku Buwana XIII di Surakarta Maryono Maryono
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.812 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.231

Abstract

AbstractThe presence of Bedhaya Tejaningsih in the inauguration or jumenengan ritual of K.G.P.H Tejawulan is evidently not only a form of entertainment but also contains a symbolic meaning. In this pragmatic study of Bedhaya Tejaningsih, the writer uses a pragmatic linguistic approach. The research is qualitative interpretative in nature and uses as a basic reference pragmatic theories and performing art theories. The methods used for collecting data include a library study, observation, and interviews. The results of the study show that the meaning of the presence of the dance Bedhaya Tejaningsih in the jumenengan ritual of K.G.P.H Tejawulan is a form of entertainment, exemplification, and credibility. As a form of entertainment, the presence of the dance Bedhaya Tejaningsih at the king coronation provides an aesthetical presentation for the audience. The meaning of its exemplification is seen in the request it makes to the general public to follow the example of a good and wise leader who always prioritizes his love for the people in the way he provides them with protection, peace, and security. The meaning of credibility is K.G.P.H Tejawulan is request that the people will give their support and recognition of his inauguration to become king so that he gains legitimacy based on the cultural tradition of the Kasunanan Palace in Surakarta.Keywords: Bedhaya Tejaningsih dance, meaning of pragmatic action, and jumenengan.AbstrakKehadiran Bedhaya Tejaningsih pada ritual jumenengan K.G.P.H Tejawulan rupanya tidak sekadar bentuk hiburan, namun mengandung makna simbolis. Pada Penelitian pragmatik Bedhaya Tejaningsih, peneliti menggunakan pendekatan linguistik pragmatik. Bentuk penelitiannya bersifat kualitatif interpretatif dengan dasar rujukan teori-teori pragmatik dan seni pertunjukan. Metode pengumpulan datanya dengan cara: studi pustaka, observasi dan wawancara. Hasil kajian menunjukkan bahwa makna kehadiran tari Bedhaya Tejaningsih pada ritual jumenengan K.G.P.H Tejawulan merupakan bentuk hiburan, keteladanan dan kredibilitas. Sebagai bentuk hiburan kehadiran tari Bedhaya Tejaningsih pada penobatan raja secara keseluruhan sajiannya memberikan santapan estetis bagi penonton. Makna keteladanan yang ditemukan adalah bentuk permintaan terhadap masyarakat untuk meneladani figur pemimpin yang baik dan bijak yang selalu mengutamakan cinta kasih dalam mengayomi masyarakat, menciptakan ketentraman dan kedamaian. Makna kredibilitas adalah permohonan K.G.P.H Tejawulan terhadap masyarakat untuk memberi dukungan dan pengakuan atas penobatannya sebagai raja supaya memiliki legitimasi berdasar adat budaya Karaton Kasunanan Surakarta.Kata kunci: tari Bedhaya Tejaningsih, makna tindakan pragmatik, dan jumenengan. 

Page 1 of 2 | Total Record : 18


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol 33, No 3 (2023): Resiliensi Budaya sebagai Ketahanan dalam Menjaga Tradisi hingga Ekonomi Kreati Vol 33, No 2 (2023): Ideologi, Identitas, dan Kontekstualitas Seni Budaya Media Vol 33, No 1 (2023): Nilai-Nilai Seni Indonesia: Rekonstruksi, Implementasi, dan Inovasi Vol 32, No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media Vol 32, No 3 (2022): Komodifikasi dan Komoditas Seni Budaya di Era industri Kreatif Vol 32, No 2 (2022): Ragam Fenomena Budaya dan Konsep Seni Vol 32, No 1 (2022): Varian Model Proses Kreatif dalam Cipta Karya Seni Vol 31, No 4 (2021): Implementasi Revitalisasi Identitas Seni Tradisi Vol 31, No 3 (2021): Budaya Ritual, Tradisi, dan Kreativitas Vol 31, No 2 (2021): Estetika Dalam Keberagaman Fungsi, Makna, dan Nilai Seni Vol 31, No 1 (2021): Eksistensi Seni Budaya di Masa Pandemi Vol 30, No 4 (2020): Kearifan Lokal dalam Metode, Model dan Inovasi Seni Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi Vol 30, No 2 (2020): Identitas Sosial Budaya dan Ekonomi Kreatif Vol 30, No 1 (2020): Polisemi dalam Interpretasi Tradisi Kreatif Vol 29, No 4 (2019): Keragaman Seni dan Inovasi Estetik Vol 29, No 3 (2019): Transformasi Bentuk dan Nilai dalam Seni Budaya Tradisi Vol 29, No 2 (2019): Konstruksi Identitas Budaya dalam Seni dan Sastra Vol 29, No 1 (2019): Pegeseran Estetik Dalam Seni Budaya Tradisi Masa Kini Vol 28, No 4 (2018): Dinamika Seni Tradisi dan Modern: Kontinuitas dan Perubahan Vol 28, No 3 (2018): Identitas Kelokalan dalam Keragaman Seni Budaya Nusantara Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28, No 2 (2018): Dinamika Keilmuan Seni Budaya dalam Inovasi Bentuk dan Fungsi Vol 28, No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 28, No 1 (2018): Kontestasi Tradisi: Seni dalam Visualisasi Estetik, Naskah, dan Pertunjukan Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in Co Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in C Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27, No 3 (2017): Education, Creation, and Cultural Expression in Art Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27, No 2 (2017): The Revitalization of Tradition, Ritual and Tourism Arts Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Este Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Estet Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan Vol 26, No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26, No 2 (2016): Semiotika, Estetika, dan Kreativitas Visual Budaya Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 26, No 1 (2016): Nilai dan Identitas Seni Tradisi dalam Penguatan Budaya Bangsa Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25, No 2 (2015): Pendidikan, Metode, dan Aplikasi Seni Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24, No 4 (2014): Dinamika Seni Tari, Rupa dan Desain Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24, No 3 (2014): Identitas dalam Bingkai Seni Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23, No 4 (2013): Membaca Tradisi Kreatif, Menelisik Ruang Transendental Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23, No 3 (2013): Sejarah, Konseptualisasi, dan Praksis Tradisi Kreatif Seni Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelajar Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelaja Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22, No 4 (2012): Dimensi Sejarah, Transformasi, dan Diseminasi Seni Vol 22, No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22, No 3 (2012): Manifestasi Konsep, Estetika, dan Makna Seni dalam Keberbagaian Ekspresi Vol 22, No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22, No 2 (2012): Signifikasi Makna Seni Dalam Berbagai Dimensi Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni Vol 21, No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21, No 3 (2011): Narasi Metaforik. Strategi, dan Elanvital Vol 21, No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21, No 2 (2011): Simbol, Dokumentasi, dan Pengaruh Eksternal Seni Vol 21, No 1 (2011): Seni, Lokalitas, Vitalitas, dan Pemaknaan Vol 18, No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 18, No 1 (2008): Komunikasi, Makna Tekstual dan Kontekstual dalam Seni Pertunjukan Vol 15, No 36 (2005): JURNAL PANGGUNG: JURNAL SENI STSI BANDUNG Vol 1, No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradisional Vol 1, No 31 (2004): Aksi Parsons Dalam Bajidor: Sistem Mata Pencaharian Komunitas Seni Tradision More Issue